Nafsu manusia dibedakan ke dalam 3 tingkatan, pertama, nafs ammarah merupakan nafs yang paling rendah, hina, suka kepada maksiat yang menyenangkannya, dengan kata lain nafs hewani. Kedua, nafs lawwamah merupakan nafs yang sedikit lebih baik dari nafs ammarah, yaitu nafs yang merasa menyesali dirinya, ingat akan dosa-dosanya, masih berusaha melepaskan diri dari dosa. Dan yang ketiga, nafs muthmainnah yaitu nafs yang sempurna, yang tenang, telah sampai kepada kebahagiaannya.

Pada umumnya, manusia akan mengalami ketiga tingkatan nafs tersebut. Namun tidak semua orang sama dalam menaiki tangga untuk dapat sampai pada nafs yang tertinggi, nafs muthmainnah. Ada orang yang selamanya terjerumus dikuasai nafs ammarah, nafs hewani dan merasa senang dengannya. Ada orang yang senantiasa menyesali dosa-dosa-nya, sementara pada saat yang sama belum mempunyai kekuatan untuk menambah amal ibadahnya untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Setan paling dekat dan senang dengan orang yang dalam dirinya masih dikuasai oleh nafs ammarah, nafs hewani. Apa yang nampak indah, yang nampak enak di mata orang dengan nafs hewani sama dengan yang diinginkan oleh setan tanpa disadarinya. Tidak pandang orang dari kalangan manapun, kaya atau tidak kaya, cantik atau tidak cantik, berpangkat atau orang awam... selama yang mengendalikan hidupnya adalah nafs-nya yang ammarah, yang hewani, maka akan mudah termakan bujuk-rayu setan untuk melakukan maksiat. Setan dengan leluasa, dengan enaknya mengelilinginya dan "bergaul" dengan orang-orang ini di setiap waktu. Perbuatan zina, mabuk-mabukan, berjudi, korupsi, dan lain-lain perbuatan semacamnya merupakan pengaruh setan yang kuat mengendalikannya.





Orang yang mendapat hidayah dari Allah SWT akan menyesali semua dosa yang dilakukannya. Nafs lawwamah, dapat muncul sebagai bentuk penyesalan. Namun tanpa kekuatan yang diberikan oleh Allah SWT niscaya seseorang tak sanggup bertobat dengan tobat yang sebenar-benarnya. Jika Allah menghendaki mungkin suatu saat orang yang di dalam hatinya berkecamuk nafs yang kedua, yaitu nafs lawwamah ini akan bisa naik menapaki tangga yang paling tinggi, yaitu mempunyai nafs muthmainnah, jiwa yang tenang.

Pada orang dengan nafs muthmainnah setan masih menggoda. Tapi karena mendapat perlindungan dari Allah maka setan tak sanggup menggelincirkannya. Ia lalui hidupnya dengan tenang, bahagia. Ia menempatkan Allah di atas segala apa yang ada di dunia ini. Pada orang-orang ini setan bisa putus asa dan meninggalkannya. Semoga Allah SWT selalu memberikan hidayah kita, menerangi jalan hidup kita, dan memberikan jiwa yang tenang, nafs muthmainnah kepada kita dan senantiasa memberikan kekuatan di dalam menjalani hidup di dunia yang hanya mampir minum ini. Dan shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada teladan kita, Baginda Rasulullah SAW beserta keluarga, dan para sahabat. Amin.