Banner-Header-WowApp










Kisah Dialog Rasulullah SAW dengan Iblis (Bagian III)


Nabi SAW berkata: ”Wahai terlaknat, siapa teman dudukmu?”


Iblis: ”Pemakan riba.”


Nabi: ”Siapa teman kepercayaanmu (shadiq)?”


Iblis: ”Pe-zina.”


Nabi: ”Siapa teman tidurmu?”


Iblis: ”Orang yang mabuk.”


Nabi: ”Siapa tamumu?”


Iblis: ”Pencuri.”


Nabi: ”Siapa utusanmu?”


Iblis: ”Tukang Sihir.”


Nabi: ”Apa kesukaanmu?”


Iblis: ”Orang yang bersumpah cerai.”


Nabi: ”Siapa kekasihmu?”


Iblis: ”Orang yang meninggalkan shalat Jum’at.”


Nabi: ”Wahai terlaknat, siapa yang memotong punggungmu?”


Iblis: ”Ringkikan kuda untuk berperang di jalan Allah.”


Nabi: ”Apa yang melelehkan badanmu?”


Iblis: ”Tobatnya orang yang bertaubat.”


Nabi: ”Apa yang menggosongkan (membuat panas) hatimu?”


Iblis: ”Istighfar yang banyak kepada Allah siang-malam.”


Nabi: ”Apa yang memuramkan wajahmu (membuat merasa malu dan hina)?”


Iblis: ”Zakat secara sembunyi-sembunyi.”


Nabi: ”Apa yang membutakan matamu?”


Iblis: ”Shalat di waktu sahur (menjelang shubuh).”


Nabi: ”Apa yang memukul kepalamu?”


Iblis: ”Memperbanyak shalat berjamaah.”


Nabi: ”Siapa yang paling bisa membahagiakanmu?”


Iblis: ”Orang yang sengaja meninggalkan shalat.”


Nabi: ”Siapa manusia yang paling sengsara (celaka) menurutmu?”


Iblis: ”Orang kikir/ pelit.”


Nabi: ”Siapa yang paling menyita pekerjaanmu (menyibukkanmu)?”


Iblis: ”Majelis-majelis ulama.”


Nabi: ”Bagaimana kamu makan?”


Iblis: ”Dengan tangan kiriku dan dengan jari-jariku.”


Nabi: ”Di mana kamu lindungkan anak-anakmu ketika panas?”


Iblis: ”Di balik kuku-kuku manusia.”


Nabi: ”Berapa keperluanmu yang kau mintakan kepada Allah?”


Iblis: ”Sepuluh perkara.”


Nabi: ”Apa itu, wahai terlaknat?”


Iblis: ”Aku minta kepada-Nya agar saya dapat berserikat di dalam diri Bani Adam, di dalam harta dan anak-anak mereka. Dia mengijinkanku berserikat dalam kelompok mereka. Itulah maksud firman Allah:


‘Dan perdayakanlah siapa saja di antara mereka yang engkau (Iblis) sanggup dengan suaramu (yang memukau), kerahkanlah pasukanmu terhadap mereka, yang berkuda dan yang berjalan kaki, dan bersekutulah dengan mereka pada harta dan anak-anak lalu beri janjilah kepada mereka. Padahal setan itu hanya menjanjikan tipuan belaka kepada mereka.’ (QS. Al-Isra’ (17): 64) Setiap harta yang tidak dikeluarkan zakatnya maka saya ikut memakannya. Saya juga ikut makan makanan yang bercampur riba dan haram serta segala harta yang tidak dimohonkan perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.


Setiap orang yang tidak memohon perlindungan kepada Allah dari setan ketika bersetubuh dengan isterinya maka setan akan ikut bersetubuh. Akhirnya melahirkan anak yang mendengar dan taat kepadaku. Begitu pula orang yang naik kendaraan dengan maksud mencari penghasilan yang tidak dihalalkan, maka saya adalah temannya. Itulah maksud firman Allah: ‘… kerahkanlah pasukanmu terhadap mereka, yang berkuda dan yang berjalan kaki, …’ (QS. 17:64)


Saya memohon kepada-Nya agar saya punya rumah, maka rumahku adalah kamar mandi. Saya memohon agar saya punya masjid, akhirnya pasar menjadi masjidku. Aku memohon agar saya punya al-Qur’an, maka syair adalah al-Qur’anku. Saya memohon agar punya adzan, maka terompet adalah panggilan adzanku. Saya memohon agar saya punya tempat tidur, maka orang-orang mabuk adalah tempat tidurku. Saya memohon agar saya punya  teman-teman yang menolongku, maka kelompok al-Qadariyyah menjadi teman-teman yang membantuku. Dan saya memohon agar saya memiliki teman-teman dekat, maka orang-orang yang menginfaq-kan harta kekayaannya untuk kemaksiatan adalah teman dekatku.


Ia (Iblis) kemudian membaca ayat: ‘Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.’ (QS. Al-Isra’ (17): 27)


Rasulullah berkata: ”Andaikata tidak setiap apa yang engkau ucapkan didukung oleh ayat-ayat dari Kitabullah tentu aku tidak akan membenarkanmu.”


Lalu Iblis meneruskan: ”Wahai Muhammad, saya memohon kepada Allah agar saya bisa melihat anak-cucu Adam sementara mereka tidak dapat melihatku. Kemudian Allah menjadikan aku dapat mengalir melalui peredaran darah mereka. Diriku dapat berjalan kemanapun sesuai dengan kemauanku dan dengan cara bagaimanapun. Kalau saya mau, dalam sesaatpun bisa. Kemudian Allah berfirman kepadaku: ‘Engkau dapat melakukan apa saja yang kau minta’. Akhirnya saya merasa senang dan bangga sampai hari kiamat. Sesungguhnya orang yang mengikutiku lebih banyak daripada yang mengikutimu. Sebagian besar anak-cucu Adam akan mengikutiku sampai hari kiamat.


Saya memiliki anak yang saya beri nama Atamah. Ia akan kencing di telinga seorang hamba ketika ia tidur meninggalkan shalat Isya. Andaikata tidak karenanya tentu ia tidak akan tidur lebih dahulu sebelum menjalankan shalat. Saya juga punya anak yang saya beri nama Mutaqadhi. Apabila ada seorang hamba melakukan ketaatan ibadah dengan rahasia dan ingin menutupinya, maka anak saya tersebut senantiasa membatalkannya dan dipamerkan ditengah-tengah manusia sehingga semua manusia tahu. Akhirnya Allah membatalkan sembilan puluh sembilan dari seratus pahala-Nya sehingga yang tersisa hanya satu pahala, sebab, setiap ketaatan yang dilakukan secara rahasia akan diberi seratus pahala. Saya punya anak lagi yang bernama Kuhyal. Ia bertugas mengusapi celak mata semua orang yang sedang ada di majelis pengajian dan ketika khatib sedang memberikan khutbah, sehingga, mereka terkantuk dan akhirnya tidur, tidak dapat mendengarkan apa yang dibicarakan para ulama. Bagi mereka yang tertidur tidak akan ditulis pahala sedikitpun untuk selamanya.


Setiap kali ada perempuan keluar pasti ada setan yang duduk di pinggulnya, ada pula yang duduk di daging yang mengelilingi kukunya. Di mana mereka akan menghiasi kepada orang-orang yang melihatnya. Kedua setan itu kemudian berkata kepadanya,’Keluarkan tanganmu.’ Akhirnya ia mengeluarkan tangannya, kemudian kukunya tampak, lalu kelihatan nodanya.


Wahai Muhammad, sebenarnya saya tidak dapat menyesatkan sedikitpun, akan tetapi saya hanya akan mengganggu dan menghiasi. Andaikata saya memiliki hak dan kemampuan untuk menyesatkan, tentu saya tidak akan membiarkan segelintir manusiapun di muka bumi ini yang masih sempat mengucapkan, “Tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya,” dan tidak akan ada lagi orang yang shalat dan berpuasa. Sebagaimana engkau wahai Muhammad, tidak berhak memberikan hidayah sedikitpun kepada siapa saja, akan tetapi engkau adalah seorang utusan dan penyampai amanah  dari Tuhan. Andaikata engkau memiliki hak dan kemampuan untuk memberi hidayah, tentu engkau tidak akan membiarkan segelintir orangpun kafir di muka bumi ini. Engkau hanyalah sebagai hujjah (argumentasi) Tuhan terhadap makhluk-Nya. Sementara saya hanyalah menjadi sebab celakanya orang yang sebelumnya sudah dicap oleh Allah menjadi orang celaka. Orang yang bahagia dan beruntung adalah orang yang dijadikan bahagia oleh Allah sejak dalam perut ibunya, sedangkan orang yang celaka adalah orang yang dijadikan celaka oleh Allah sejak dalam perut ibunya.


Kemudian Rasulullah SAW membacakan firman Allah di dalam QS. Huud: 118-119:


‘Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih (pendapat). (QS. Huud (11): 118)


Kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat (keputusan) Tuhanmu telah tetap, Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.’ (QS. Huud (11): 119)


Dilanjutkan dengan:


‘Tidak ada keberatan apa pun pada Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah Allah pada nabi-nabi yang telah terdahulu. Dan ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.’ (QS. Al-Ahzab  (33): 38)


Kemudian Rasulullah berkata lagi kepada Iblis: “Wahai Abu Murrah (Iblis), apakah engkau masih mungkin bertaubat dan kembali kepada Allah, sementara saya akan menjaminmu masuk surga.”


Iblis menjawab: “Wahai Rasulullah, ketentuan telah memutuskan dan Qalam-pun telah kering dengan apa yang terjadi seperti ini hingga hari kiamat nanti. Maka Maha Suci Tuhan, yang telah menjadikanmu sebagai tuan para Nabi dan Khatib para penduduk surga. Dia telah memilih dan meng-khususkan dirimu. Sementara Dia telah menjadikan saya sebagai tuan orang-orang yang celaka dan khatib para penduduk neraka. Saya adalah makhluk celaka lagi terusir. Ini adalah akhir dari apa yang saya beritahukan kepadamu dan saya mengatakan yang sejujurnya.”


Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan semesta alam, awal dan akhir, dzahir dan bathin. Semoga shalawat dan salam selalu dicurahkan kepada seorang Nabi yang ummi dan kepada para keluarga dan sahabat beliau.




(*** Naskah di atas merupakan terjemahan dari, Syajaratul Kaun, Risalah oleh Muhyiddin Ibnu Arabi di mana terdapat di dalam 2 buku terjemahan, pertama, Buku Pohon Semesta Bab II, Pustaka Progresif, Cetakan I, Oktober 1999, dan kedua, Buku Syajaratul Kaun dan Hikayah Iblis, Risalah Gusti, Cetakan II, Mei 2001).

Post a Comment

0 Comments